Mencuri Celah di
Babies Market
Belajar dari pengalaman pribadi ketika mempunyai anak
pertama, Tedriya terinspirasi untuk membuka usaha rental perlengkapan bayi.
“Awalnya
saya sempat ragu untuk membuka rental perlengkapan bayi. Maklum saja, selain
tidak punya bakat mengelola usaha, rental seperti ini belum marak di kalangan
masyarakat khususnya bagi kaum ibu-ibu,” ucap Tedriya mengawali perbicaraan.
Bisa dikatakan usaha yang diberi nama Baby’s World ini
adalah pionir di bidang rental perlengkapan khusus untuk bayi dan batita. Saat
berdiri tahun 2007 silam, usaha yang banyak menyedot perhatian kalangan
pebisnis adalah bisnis franchise. Maka, tak
banyak terbersit ide untuk berbisnis rental seperti yang ditekuni Tedriya ini.
Iya—begitu
panggilan akrabnya—memulai usaha dari pengalaman pribadinya ketika memiliki
anak pertama, Zaki. Untuk menyambut kelahiran sang buah hati, Iya sibuk
mengumpulkan benda-benda untuk memberikan “pelayanan” terbaik. Meluapnya
kegembiraan tersebut dituangkannya dengan membeli perlengkapan bayi di mal dan
toko-toko bayi.
“Belum genap satu tahun, perlengkapan bayi tersebut
sudah tidak terpakai dan disimpan di gudang,” ujarnya. Sebab, perkembangan bayi
yang tumbuh pesat membuat kegunaan perlengkapan tersebut terasa singkat. Lho, kan bisa disimpan untuk generasi berikutnya?
“Pastilah benda tersebut sudah berdebu dan usang. Belum lagi baunya yang apek
bisa bikin bayi sesak napas,” lanjutnya.
Faktor
di atas bukanlah satu-satunya alasan yang mendorong alumnus Universitas
Gunadarma, Depok, ini untuk terjun ke “bisnis langka” tersebut. Pasarnya juga
cukup menjanjikan lantaran harga perlengkapan bayi dan pernak-perniknya
tergolong mahal. Ini terlihat dari kecenderungan ibu-ibu mengeluh ketika hendak
membeli perlengkapan tersebut.
Akhirnya, setelah merasa mantap, Iya mempromosikan
rentalnya dengan memasang iklan di sebuah harian lokal. Di samping itu, ia juga
gigih menyebarkan brosur-brosur di beberapa rumah sakit dan klinik
bersalin—tempat yang efektif untuk berpromosi. Dari situlah pesanan mulai
berdatangan satu per satu. “Jadi above the line dan below the line sama-sama memberikan hasil,”
katanya.
Diceritakannya, waktu itu perlengkapan bayi yang
tersedia cuma boks tempat tidur yang terdiri dari kasur, guling, kelambu,
bantal, mainan gantung, music box, dan bed cover. Ditambah stroller, baby walker, dan carseat. Itu pun
jumlahnya tak memadai alias terbatas, hingga terkadang pesanan bersifat
“waiting list”.
“Tapi, sekarang sudah mengalami kemajuan yang
signifikan. Sedikit demi sedikit, saya menambahkan jumlah barang dengan
beberapa model sehingga customer bisa
memilih model yang pas dengan dekorasi kamarnya. Kalau ditotal,
seluruhnya kini berjumlah 100 item plus
berbagai macam perlengkapannya,” jelas Iya.
Kendala
utama yang dirasakannya adalah masalah transportasi. Keterbatasan armada untuk
pengantaran barang menghambat sistem distribusi ke pelanggan. Tak jarang, Iya
harus menjelaskan kepada pelanggan untuk sabar menunggu pesanan diantar hingga
hari Sabtu dan Minggu—sesuai dengan jadwal hari libur kerja sang suami.
Untuk mempertahankan usaha yang bermodal awal Rp
15.000.000 ini, Iya menjunjung tinggi nilai kepercayaan dan kejujuran
pelanggan. Menurutnya, ini penting mengingat kelanggengan usahanya terletak
pada nilai tersebut. “Maka untuk menjaga hubungan itu, dibuatlah perjanjian
antara saya dan customers dengan melampirkan
fotokopi KTP, rekening telepon, dan rekening listrik,” imbuhnya.
Profesionalismenya
juga dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan yang diterapkan Baby’s World.
Misalnya, Iya membuat ketentuan penyewaan minimal selama dua bulan dengan
sistem pembayaran di muka. Kalau terjadi kerusakan barang oleh pelanggan, maka
dikenakan denda yang berkisar antara Rp 3.000 hingga Rp 5.000.
“Saya pun memberikan services kepada customer dengan mengantarkan barang pesanan sampai
ke rumahnya. Ini untuk memudahkan pengiriman, karena umumnya perlengkapan yang disewa
berukuran besar dan terkadang tidak bisa dibongkar-pasang,” akunya sambil
menunjuk boks tempat tidur kayu sebagai contoh.
Alhasil,
kini nama Baby’s World sudah merambah pasar lokal maupun luar daerah seperti
kawasan Bogor, Pamulang, Bumi Serpong Damai, Lemah Abang, dan Cibitung.
Diakuinya, pesanan lebih banyak berasal dari luar kota ketimbang dari wilayah
Depok dan sekitarnya. Mereka datang dengan alasan, penyewaan di daerah mereka
tergolong mahal dan prosedurnya sulit.
Baby’s World sendiri memasang tarif yang lebih
terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah, pun lebih murah dibandingkan
kompetitor. Sebagai gambaran, untuk kurun waktu sebulan, harga sewa boks tempat
tidur berkisar Rp 30.000–90.000; stroller Rp
20.000–40.000; carseat Rp 50.000–80.000; dan baby walker Rp 13.000–23.000.
Ditambahkannya, khusus di kawasan Jakarta dan
sekitarnya, masih jarang pemain yang bergelut di bisnis rental perlengkapan
bayi. Kalau pun ada, kompetitor itu pasti berasal di luar kota. Tetapi, ada
beberapa dari mereka yang berkonsultasi kepadanya mengenai tata cara
mengelola rental, biasanya dari segi manajemen. “Jadi, masih banyak peluang
untuk bisnis babies market seperti ini,”
ucapnya optimistis.
http://www.marketing.co.id/mencuri-celah-di-babies-market/
http://www.marketing.co.id/mencuri-celah-di-babies-market/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar